Seri Sejarah dalam Lini Abad ke XVII - XVIII: Penyebaran Islam di Makassar #6
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh DDato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim. Kehadiran agama Islam sudah ada sejak abad sebelum kedatangan Tome Pires (1512-1515), karena ia menceritakan bahwa Makassar sudah melakukan hubungan kerja dengan Malaka, Kalimantan, dan Siam, tetapi masih banyak penguasa yang belum masuk Islam
Raja dari Gowa dan Tallo secara resmi memeluk Islam pada tanggal 22 September 1605 M. Sebelum memeluk Islam, kerajaan ini sering berperang dengan kerajaan lainnya, seperti Bone, Luwu, Soppeng, dan Wajo. Hanya kerajaan Bone yang masih bisa bertahan karena bantuan Wajo secara rahasia.
Sejak Gowa resmi menjadi kerajaan bercorak Islam pada tahun 1605, Gowa meluaskan politiknya agar kerajaan lain memeluk Islam juga dan tunduk pada kerajaan Gowa-Tallo, antara lain Wajo pada tanggal 10 Mei 1610 dan Bone pada tanggal 23 November 1611
Islamisasi juga dilakukan oleh Mubalig yang disebut dengan Dalto Tallu (tiger dalto); Dato’ri Bandang (Abdul makmur atau Khatib Tunggal), Dato’ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung), Dato’ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu), ketiganya bersaudara dan berasal dari kota tengah Minangkabau.
Para Mubalig itu mengislamkan raja Luwu, yaitu Datu’ La Patiware’ Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada tanggal 15-16 Ramadhan 1013 H (4-5 Februari 1605). Kemudian disusul oleh raja Gowa dan Tallo yaitu Karaeng Motowaya dari Tallo yang bernama I Malilingkan Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan Syahadat hari Jumat sore tanggal 9 Jumadil Awal 1014 H (22 September 1605 M) dengan gelar Sultan Abdullah. Selanjutnya Karaeng Gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia mengucapkan syahadat pada hari Jumat 19 Rajab 1016 H (9 November 1607 M).
Ajaran dari Syeikh Yusuf al-Makasari juga tersebar di kerajaan Gowa dan kerajaan lainnya pada medio abad 17 M. Akan tetapi, karena banyak tantangan dari kaum bangsawan Gowa, ia meninggalkan Sulawesi Selatan dan pergi ke Banten, disana ia diterima oleh Sultan Ageng Tirtayasa bahkan dijadikan mantu dan diangkat sebagai mufti di Kesultanan Banten.
Walaupun kerajaan Gowa-Tallo sudah memeluk Islam, tetapi kerajaan ini memiliki hubunngan baik dengan orang-orang Portugis. Bahkan Fransisco Viera dijadikan utusan kerajaan Gowa-Tallo di Banten dan di Batavia dan Sultan Muhammad Said dan Kareang Patingalong menanam saham dalam perdagangan yang dilakukan Fransisco Viera.
---
Disclaimer: @zhafiradnz personal archives.
Contribute to: @kawula_historia
Comments
Post a Comment