Seri Sejarah dalam Lini Abad ke XVII - XVIII: PERDAGANGAN BUDAK dan LAINNYA #4
Perdagangan budak merebak di Nusantara bagian barat hingga akhir abad ke-18. Perdagangan ini melahirkan peluang kelompok pendatang untuk berkuasa. Para pedagang budak dan perompak Ilanum dari Kepulauan Sulu memiliki kontribusi yang besar atas perdagangan budak ini. Mereka menyerang kapal VOC dan membajak kapal Palembang. Para perompak pada tahun 1788 membajak Bangka.
Ketika Riau memberontak pada VOC 1787, pasukan Ilanum sebanyak 7.000 orang mendukung Riau. VOC merebut Riau tapi gagal meraih kendali atas perdagangan timah.
"Dalam abad ke-16 hingga abad ke-18 pusat perompak yang terkenal adalah Tibelo (pantai utara Halmahera), yang merompak sampai di dekat Jawa".
Perompak juga berasal dari kepulauan Lingga serta pantai barat dan utara Kalimantan. Laut Tiongkok dalam abad ke-17 penuh dengan perompak yang terkenal dari Philipina, Mindanao dan Kepulauan Sulu.
Mereka datang dengan angkatan laut yang kuat dan sering kali menduduki tempat pertahanan yang tetap terutama di Sulawesi, Kalimantan, di Flores dan Kalimantan. Biasanya raja dan kaum bangsawan turut serta dalam pelayaran perompakan, malah seringkali mereka memegang tampuk pemerintahan.
Perompakan di bagian Timur Indonesia terutama dimaksudkan untuk mencari budak yang diperjualbelikan di pasar budak. Motif perompak ada yang didasari kepercayaan, yakni "memenggal" seperti di Kalimantan Timur.
---
Disclaimer: @zhafiradnz personal archives.
Contribute to: @kawula_historia
Comments
Post a Comment